Senin, 23 November 2009

Aplikasi Security Surveillance System Menggunakan Webcam dan HP dengan Fasilitas General Packet Radio Services dan MMS

 

Pendahuluan

Pada era globalisasi ini teknologi telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat terutama peralatan telekomunikasi mobile yaitu handphone. Dimana handphone telah berubah dari alat telekomunikasi biasa menjadi alat serba guna yang mempunyai berbagai fasilitas seperti hubungan internet, pengiriman gambar, bermain game, memutar lagu, dsb. Teknologi handphone telah mendukung layanan Multimedia Messaging Service (MMS) dan General Packet Radio Service (GPRS). Dengan fasilitas MMS maka pemilik handphone tersebut dapat menerima informasi dengan lebih lengkap karena MMS dapat mengirim data berupa gambar, suara dan teks sekaligus. Fasilitasfasilitas yang terdapat pada security surveillance system ini adalah :

Motion detection, digunakan untuk mendeteksi adanya gerakan yang terjadi kemudian melakukan capture gambar. Gambar yang di-capture disimpan ke dalam sebuah folder backup. Nama file yang disimpan sesuai dengan tanggal dan waktu gambar tersebut di-capture.

Menu history yang untuk mengetahui status pesan yang dikirimkan.

Pengiriman gambar dari PC ke handphone atau email address secara otomatis.

 

Desain Sistem

Secara garis besar security surveillance system terdiri dari modul program motion detection dan modul program pengiriman MMS.

Secara singkat, cara kerja sistem ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Webcam yang akan merekam gambar dan mengirimkannya ke PC.

PC akan memproses gambar-gambar tersebut untuk menentukan terjadinya gerakan kemudian mentransfer data berupa gambar tersebut ke sebuah handphone.

Dari handphone tersebut maka penerima akan menerima gambar tersebut melalui Multimedia Messaging Service (MMS) yang difasilitasi oleh teknologi General Packet Radio Services (GPRS).

Adapun spesifikasi hardware dan software yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Handphone :

Nokia 3660 (untuk mengirimkan MMS)

 Samsung SGHX 100 (untuk menerima MMS)

Webcam Philips PCVC730K ToUcam Fun :

 Sensor : CMOS

Pixels : 640 (H) x 480 (V)

Still image resolution : 800 (H) x 600 (V)

Illumination : <>

Integrated lens : F2.0

Frames/second (fps) : up to 30

Notebook:

Intel Centrino 1,4 GHz dengan memory 256MB

Integrated infrared device

Borland Jbuilder9 Personal Edition

Visual Basic 6

VideoOCX

JWAP Protocol stack

Nokia MMS Java Library

 

Pengiriman MMS

Pengiriman MMS dibuat dengan bantuan Nokia MMS java library [3] dan JWAP protocol stack [1][2][4]. Untuk dapat mengirimkan pesan MMS terlebih dahulu dilakukan pembuatan pesan MMS. Pembuatan pesan MMS bertujuan untuk menyiapkan dan mengatur header (berisi nomor handphone pengirim, nomor handphone penerima dan subyek) dan isi dari pesan MMS yang akan dikirimkan. Setelah MMS message selesai dibuat maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengirimkan MMS tersebut. Berikut adalah langkah-langkah

pengiriman MMS :

Program Pengiriman MMS akan mengadakan koneksi ke WAP gateway.

Setelah koneksi ke WAP gateway tercapai maka program pengiriman MMS akan mengirimkan MMS sebagai content dari sebuah WSP (Wireless Session Protocol) POST.

Program Pengiriman MMS akan memutuskan koneksi ke WAP gateway.

WAP gateway akan mengirimkan pesan tersebut ke MMSC.

Setelah MMSC menerima pesan maka MMSC akan mengirimkan sinyal kepada pengirim. Handphone pengunjung akan tercantum “message sent”.

MMSC akan menggunakan WAP PUSH untuk mengirimkan pesan ke penerima bahwa ada pesan MMS baru.

Dengan mengasumsikan bahwa handphone penerima sudah di-setting untuk menerima pesan

MMS, maka handphone penerima akan mengadakan sebuah koneksi ke WAP gateway.

Penerima mengirimkan sinyal WSP GET kepada WAP gateway untuk men-download pesan MMS.

WAP gateway mendownload pesan MMS dari MMSC.

Pesan MMS dikirim kepada penerima sebagai content dari WSP GET RESPONSE melalui koneksi WAP yang sama.

Setelah pesan MMS selesai di-download maka penerima memutuskan koneksi ke WAP gateway.

  MMSC menggunakan WAP PUSH untuk memberitahukan kepada pengirim MMS bahwa pesan tersebut sudah terkirim. Pada handphone pengirim akan tertulis "Message Delivered".

 

Implementasi Sistem

Pada tahap awal dilakukan setting pada menu configuration lalu Difference adalah batas bagian dari gambar yang akan dilakukan surveylance. Threshold adalah batasan nilai mean dimana webcam mulai meng-capture gambar bila nilainya melebihi dari setting. Delay adalah batasan waktu aplikasi akan melakukan pembandingan dan pengambilan gambar setelah pengambilan gambar yang sebelumnya sehingga pengambilan gambar yang sama tidak dilakukan berulang-ulang. Berapa kali adalah proses pengambilan gambar setiap kali nilai threshold tercapai dilakukan berapa kali.

.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

  Jika ingin menangkap gerakan yang cepat maka threshold yang ada dapat diturunkan sesuai dengan kebutuhan. Dengan threshold 15 security surveillance system sudah dapat mendeteksi adanya gerakan dengan kecepatan 1 meter/detik seperti terlihat pada tabel 3.

  Security surveillance system dapat mengirimkan MMS dengan tujuan handphone atau alamat email.

  Prosentase berhasil tidaknya pengiriman MMS sangat ditentukan oleh besar kecilnya data yang

dikirim. Dalam pengujian filesize, besar filesize yang paling cocok untuk pengiriman MMS adalah kurang dari 10 kb.

  Dengan tingginya tingkat kegagalan pengujian pengiriman melalui layangan jaringan MMS dan pengujian pengiriman melalui e-mail dimana prosentase keberhasilan hanya 32 persen. Disimpulkan bahwa kualitas jaringan infrastruktur layanan GPRS dan MMS masih kurang memadai, terutama layanan antar operator. Security surveillance system via MMS kurang cocok diimplementasikan di Indonesia

karena layanan MMS dan GPRS yang masih kurang memadai.

Aplikasi Kendali Fuzzy Logic untuk Pengaturan Kecepatan Motor Universal

 

Pendahuluan

Salah satu bagian yang penting dalam mendesain sistem kendali konvensional seperti Proporsional (P), Proporsional-Integral (PI) dan Proporsional- Integral-Derivatif (PID) adalah model matematika dari sistem. Model matematika untuk sistem linier masih bisa didapatkan tetapi pada sistem non-linier, tidak mudah menurunkan model matematika dari sistem. Kendali fuzzy logic memberikan alternatif lain dalam sistem kendali. Dalam kendali fuzzy logic tidak diperlukan model matematika dari system karena kendali fuzzy logic bekerja berdasarkan rule-rule yang diekstrak sesuai dengan pemikiran dan pengetahuan manusia baik sebagai operator atau ahli. Dalam penelitian ini disajikan implementasi kendali fuzzy logic untuk pengaturan kecepatan motor universal. Proses fuzzy inference dalam kendali fuzzy logic terdiri atas 3 bagian yaitu fuzzifikasi, evaluasi rule dan defuzzifikasi.

 

1. Perangkat Keras Sistem

Blok diagram sistem kendali kecepatan motor universal dapat dilihat pada gambar 2. Spesifikasi motor universal yang digunakan adalah 85 watt, 200/220 volt, 6000 rpm. Sebagai

sensor untuk membaca kecepatan motor digunakan tachometer. dari rangkaian tachometer berupa sinyal frekuensi diubah menjadi tegangan oleh rangkaian pengubah frekuensi menjadi tegangan. Tegangan output rangkaian ini oleh Analog to Digital Converter (ADC) diubah menjadi data digital yang akan dibaca oleh computer  rangkaian pengubah frekuensi menjadi tegangan dan rangkaian ADC dapat dilihat pada gambar 4 dan. ADC yang digunakan adalah ADC MAX 191 yang mempunyai data output 12 bit sehingga dapat diperoleh respon kendali yang lebih baik.

 

2. Desain Sistem Kendali Fuzzy Logic

Sistem kendali fuzzy logic yang dikembangkan dalam penelitian ini mempunyai dua crisp input yaitu error dan perubahan error kecepatan motor dan satu crisp output yaitu perubahan tegangan. Error dan perubahan error didefinisikan dengan perumusan sebagai berikut:

Error = PV – SP

Derror = Error(n) – Error(n-1)

PV adalah kecepatan motor aktual sedangkan SP adalah kecepatan motor yang dinginkan. Derror didefinisikan sebagai selisih error sekarang dengan error sebelumnya.

 

3. Desain Program Kendali Fuzzy Logic

Proses kendali fuzzy logic dilakukan oleh program yang dibuat dengan bahasa pascal menggunakan kompiler turbo pascal 7.0.Program ini melakukan pembacaan data aktual dari ADC yang merepresentasikan kecepatan motor kemudian dibandingkan dengan setting point dan melakukan proses fuzzy inference yang meliputi fuzzifikasi, evaluasi rule dan defuzzifikasi. Hasil fuzzy inference dioutputkan ke DAC untuk mengendalikan kecepatan motor. Respon dari system ditampilkan dalam bentuk grafik terhadap waktu.

 

 

 

 

 

 

Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan dengan melihat respon sistem terhadap fungsi waktu. Selama: selang waktu tertentu akan diamati respon system terhadap pemberian beban dan pelepasan beban dengan berbagai kondisi meliputi

1. Variasi bentuk membership function

2. Variasi jumlah label membership function

3. Variasi metode defuzzifikasi

Berikut adalah grafik-grafik respon system terhadap waktu, hasil dari pengujian yang telah dilakukan. Dalam pengujian ini, beban yang diberikan adalah sebesar 100 gr dan ditentukan setting point 5000 rpm.

 

Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan dalam pengujian respon sistem kendali baik dengan variasi bentuk membership function, variasi jumlah label membership function dan variasi metode defuzzifikasi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

· Kendali fuzzy logic relatif mudah diimplementasikan karena tidak membutuhkan model matematika tetapi bekerja berdasarkan rule yang dapat diekstrak dari pengalaman dan keahlian seorang operator.

· Bentuk membership function antara segitiga dan trapezoid tidak memberi pengaruh yang cukup besar dalam menentukan respon sistem.

· Metode defuzzifikasi Center of Area menghasilkan kendali yang lebih baik dibandingkan dengan metode mean of maxima

· Semakin banyak jumlah label dalam membership function memungkinkan untuk menghasilkan kendali yang lebih baik terutama untuk metode defuzzifikasi mean of maxima

Penyadapan Saluran Transmisi dengan Kopling Kapasitif untuk Suplai Daerah Terpencil

Pendahuluan

Pada masa sekarang, tenaga listrik sudah merupakan bagian dari kebutuhan pokok masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam kemajuan pembangunan sarana kelistrikan di tanah air, ditemukan banyak daerah pedesaan yang dilewati saluran transmisi tegangan tinggi tanpa dapat menikmati aliran daya listrik yang besar itu. Untuk kebutuhan pedesaan dengan daya yang relatif kecil, cara penyadapan konvensional dengan membangun suatu jaringan distribusi primer dengan memasang gardu induk berikut perlengkapannya maupun membangun suatu pembangkit memerlukan biaya yang besar dan kurang efisien. Oleh karena itu, salah satu alternatif dalam penyediaan daya listrik adalah dengan melakukan penyadapan daya saluran transmisi tegangan tinggi dengan kopling kapasitif. Diharapkan, cara ini dapat lebih efisien dan efektif, karena sistem yang digunakan cukup sederhana.

 

Konsep Dasar Penyadapan Daya Saluran Transmisi

Penyadapan daya saluran transmisi yang dimaksud adalah pengambilan sebagian daya yang terdapat pada saluran udara transmisi tegangan tinggi 35 kV sampai dengan 245 kV[1] ataupun saluran udara transmisi tegangan ekstra tinggi di atas 245 kV dengan memanfaatkan keberadaan daya yang diinduksikan oleh kopling kapasitif pada suatu konduktor yang berada di dalam medan listrik saluran udara transmisi. Daya diperoleh dari muatan yang diinduksikan pada suatu bagian kawat tanah saluran udara tansmisi yang diisolasi dari strukturnya, sebagaimana yang dilakukan pada kawat fasa saluran distribusi. Peralatan yang digunakan dilengkapi dengan reaktansi induktif untuk mengkompensasi tingginya reaktansi kapasitif yang ekuivalen dengan impedansi internal kawat tanah saluran udara yang juga bernilai tinggi. Cara penyadapan daya saluran transmisi ini, yang dikenal dengan sistem kopling kapasitif (Capacitive Coupling System / CCS), dikembangkan menjadi suatu suplai daya didasarkan pada suatu pembagi tegangan kapasitif yang dihubungkan langsung pada kawat fasa saluran udara transmisi dan merupakan input suatu transformator penurun tegangan.

 

Penyadapan Daya Saluran Transmisi melalui Kawat Fasa

Merupakan penyadapan dengan cara memasang suatu pembagi tegangan kapasitif pada kawat fasa untuk menurunkan tegangan level transmisi menjadi tegangan level distribusi untuk kemudian disalurkan ke konsumen.

 

Kondisi Tunak ( Steady State )

Akibat adanya CTH, maka impedansi sumber akan tinggi dan V2 akan sulit diregulasi atau diatur apabila beban bervariasi. Namun, hal ini dapat diatasi dengan menambah induktor yang dihubungkan seri.

 

Kondisi Transient

Masalah utama yang harus diperhatikan pada sistem kopling kapasitif pada kawat yang menggunakan pembagi ini adalah kondisi transient. Kondisi ini akan mempengaruhi desain sistem secara keseluruhan. Berikut ini adalah beberapa simulasi yang telah dilakukan beserta hasilnya.

1. Simulasi Hubung Singkat. Dilakukan pada sisi primer transformator dengan suatu inductor atau reaktor yang telah terhubung. Dan pengamatan difokuskan pada tegangan-lebih yang dihasilkan dari simulasi ini.

2. Simulasi Beban Nol. Dengan menghitung arus dan tegangan transient, dilakukan analisa

kemungkinan timbulnya feroresonansi pada transformator yang disebabkan oleh saturasi inti.

Beberapa kasus yang dianalisa diantaranya: (a) efek magnetis residual maksimum; positif dan

negatif , (b) efek magnetis residual 50%; positif dan negatif, (c) tegangan puncak rata-rata pada C2 melewati titik nol.

3. Simulasi Surja Hubung. Untuk mengetahui unjuk kerja sistem pada kondisi rangkaian yang berbeda, dilakukan analisa terhadap tiga kasus berikut: (a) Dalam waktu sesaat, melakukan pembebanan pada sistem dengan tegangan sumber positif maksimum, dimana transformator tidak terhubung. (b) Sama seperti di atas, namun transformator dihubungkan pada sistem dengan kondisi tanpa beban. (c) Penutupan sesaat dilakukan pada sistem dan kemudian diikuti dengan pembukaan, saat tegangan maksimum berada pada polaritas yang berlawanan.

 

Simulasi dengan Menggunakan EMTP

Agar dapat mengevaluaasi desain sistem terutama respon terhadap kondisi transient, Instituto

de Investigaciones Electricas, sebuah lembaga kelistrikan di Mexico, mengadakan simulasi

dengan menggunakan bantuan program EMTP dan test laboratorium.

 

Kesimpulan

1. Sistem kopling kapasitf adalah suatu cara untuk mendapatkan daya dari saluran transmisi dengan menurunkan tegangan transmisi ke tegangan distribusi primer berdasarkan prinsip pembagi tegangan. Tegangan yang diperoleh bersifat kapasitif, maka perlu dikompensasib dengan inductor agar diperoleh pengaturan tegangan yang baik pada outputnya.

2. Sistem kopling kapasitif ini perlu dilengkapi dengan peralatan pengaman yang cukup memadai, agar tidak berpengaruh besar terhadap saluran transmisi apabila terjadi gangguan pada sistem kopling kapasitif.

Evaluasi Kinerja Algoritma Penjadwalan Weighted Round Robin Pada Wimax

 

Pendahuluan

Salah satu teknologi nirkabel yang diperkirakan banyak digunakan untuk masa sekarang dan masa depan adalah WiMAX (Worlwide Interoperability for Microwave Access).Teknologi WiMAX mampu enjangkau area hingga sejauh 50 kilometer anpa harus ada lintasan langsung (non line of ight, NLOS) antara base station (BS) dengan eralatan pengguna (customer premise quipment, CPE) dan menyediakan total laju ata hingga 70 Mbps. Teknologi ini juga endukung kualitas pelayanan (Quality of ervice, QoS) yang sangat diperlukan pada ayanan multimedia seperti koneksi audio dan video. Salah satu algoritma penjadwalan yang diterapkan pada jaringan WiMAX yaitu Weighted Round Robin (WRR). Algoritma WRR sesungguhnya diusulkan untuk digunakan pada jaringan Asyncronous Transfer Mode (ATM). Akan tetapi, algoritma ini juga dapat diimplementasikan untuk jaringan lain seperti jaringan nirkabel WiMAX. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu evaluasi atau penilaian terhadap kinerja algoritma WRR pada jaringan WiMAX.

 

Quality of Service (QoS) WiMAX

Medium Access Control (MAC) pada WiMAX dapat menjalankan QoS dengan berbagai kebutuhan bandwidth dan aplikasi. Sebagai contoh aplikasi voice dan video memerlukan waktu tunda (latency) yang rendah tetapi masih bisa mentolelir beberapa error. Aspek lain yang tersedia pada QoS yang terdapat di WiMAX adalah kemampuan mengatur kecepatan data (data rate manageability) dimana ditentukan oleh analisis link antara BS dan SS.

 

Algoritma Penjadwalan Weighted Round Robin (WRR)

Algoritma penjadwalan WRR merupakan pengembangan dari algoritma Round Robin (RR) yang sebenarnya diusulkan untuk jaringan ATM yang mempunyai ukuran paket tetap. WRR adalah sebuah algoritma penjadwalan yang dapat diterapkan pada berbagai bidang, untuk pemakaian sumber daya secara bersama-sama pada sebuah komputer atau jaringan. Algoritma ini dieksekusi atau dijalankan pada permulaan dari setiap frame pada Base Station (BS).

 

PERANCANGAN SISTEM DAN PERANGKAT LUNAK Parameter Simulasi Pada Modul WiMAX NDSL

Untuk mendukung kinerja dari modul WiMAX yang dikembangkannya, NDSL menggunakan parameter-parameter tertentu pada layer fisik dan layer MAC yang sesuai dengan standar IEEE 802.16. Parameterparameter tersebut juga disesuaikan dengan spesifikasi dari intel sebagai penyedia chipset untuk perangkat komunikasi WiMAX. Nilai dari parameter-parameter modul WiMAX NDSL untuk layer MAC.

 

Parameter yang Didefinisikan Perancang

Selain parameter-parameter yang telah didefinisikan pada modul WiMAX terdapat pula parameter-parameter yang dapat didefinisikan oleh perancang. Parameter-parameter tersebut antara lain model propagasi, jenis protocol routing, topografi, waktu simulasi, daya pancar antena, jumlah SS, jenis aplikasi pada SS, parameter QoS, dan lain-lain.

 

PENGUJIAN DAN ANALISIS Perhitungan dan Analisis Performansi

Dari data trace file dapat dihitung nilai dari parameter-parameter yang menunjukkan kinerja dari jaringan WiMAX. Parameter-parameter tersebut adalah throughput, paket hilang, dan rata-rata waktu tunda. Perhitungan nilai throughput dilakukan untuk setiap jenis layanan yang digunakan pada simulasi jaringan WiMAX.

 

 

 

 

Kesimpulan

Berdasarkan proses yang telah dilakukan pada tugas akhir ini, mulai dari perancangan sampai pengujian dan analisis, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :

1. Jenis layanan rtPS memiliki nilai throughput paling besar diantara jenis layanan lainnya pada setiap skenario jaringan, nilai throughput terbesar dari jenis layanan rtPS yaitu 1040,832 Kbps. Sedangkan jenis layanan BE mempunyai nilai throughput yang paling kecil, nilai throughput terkecil dari jenis layanan BE yaitu 4,648 Kbps.

2. Dari besar nilai throughput yang diperoleh menunjukkan bahwa algoritma penjadwalan WRR mempunyai kinerja yang baik untuk jenis layanan yang mempunyai nilai MRTR dan prioritas antrian yang tinggi.

3. Algoritma penjadwalan WRR kurang adil terhadap jenis layanan yang mempunyai MRTR dan prioritas antrian yang kecil, seperti jenis layanan BE.

4. Paket hilang pada simulasi jaringan WiMAX ini terjadi pada permulaan dari simulasi dengan nilai paket hilang yang sangat besar. Hal tersebut terjadi karena, pada permulaan simulasi BS dan SS sibuk melakukan proses ranging untuk memasuki jaringan.

5. Secara umum paket hilang yang terjadi pada setiap jenis layanan dari simulasi ini tidak terpengaruh oleh banyaknya jumlah SS.

6. Dari hasil pengujian, Algoritma WRR menunjukkan kinerja yang baik dalam menekan terjadinya paket hilang.

7. Besarnya nilai rata-rata waktu tunda dari setiap jenis layanan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah SS yang menggunakan jenis layanan tersebut.

8. Nilai rata-rata waktu tunda terkecil terjadi pada jenis layanan UGS sebesar 0,167 mikro detik. Sedangkan nilai rata-rata waktu tunda terbesar terjadi pada jenis layanan ertPS yaitu sebesar 0,752 mikro detik.

Pelacakan dan Estimasi Pose Video Wajah 3 Dimensi

 

Pendahuluan

Pelacakan wajah merupakan bagian penting dalam memecahkan berbagai permasalahan termasuk dalam pengenalan wajah, analisa/ pengenalan ekspresi wajah, video konferensi, dan lain-lain. Kemampuan melacak wajah juga memberikan konstribusi yang cukup besar terhadap interaksi manusia dan komputer. Salah satu penerapannya adalah pelacakan wajah untuk menggerakkan mouse sehingga user tidak perlu menggunakan tangan, cukup dengan gerakan wajah saja misalnya. Tapi tentu saja untuk keperluan ini, diperlukan kamera sebagai input. Pelacakan pergerakan wajah dengan wire frame 3 dimensi ini menggunakkan model wire frame wajah yang merupakan kumpulan titik koordinat dalam 3 dimensi untuk mengestimasi pose dari hasil pelacakan pergerakan wajah yang didapat dari kamera ataupun file video. Pelacakan disini menggunakan metode Lucas-Kanade Optical Flow. Proses pelacakan disini adalah mendapatkan optical flow dari fitur-fitur image sequence (t dan t+1) yang koresponden.

 

Sistem Pelacakan & Estimasi Pose

Sistem keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1 dan dapat dibagi menjadi 5 bagian utama yaitu:

1. Pengambilan frame oleh kamera atau file AVI. Pengambilan frame gambar ini menggunakan Microsoft DirectShow untuk mendapatkan frame yang real time (± 30 frame/s).

2. Menampilkan obyek wire frame 3D ke layar. Obyek wire frame yang berupa kumpulan titik koordinat dalam 3D ditampilkan di layer untuk menunjukkan transformasi pergerakan wajah.

3. Pemilihan fitur untuk pelacakan. Pemilihan fitur yang dimaksud disini adalah menentukkan titik-titik pada wajah yang akan dilacak pergerakkannya (memilih daerah yang mudah di lacak yaitu daerah yang memiliki nilai eigen tinggi. Misal: daerah pojok).

4. Pelacakan pergerakan fitur. Melacak pergerakan dari titik-titik yang telah dipilih sehingga diketahui perubahan letaknya.

5. Perhitungan transformasi obyek/estimasi pose. Melakukan perhitungan terhadap perubahan

gerakan wajah berdasarkan informasi titiktitik hasil pelacakan dengan obyek 3D sehingga dapat diketahui besar transformasinya (rotasi dan translasi terhadap sumbu x, y, dan z).

 

Pengambilan Frame Video – DirectShow

Modul ini bertujuan untuk melakukan pengambilan gambar yang berasal dari kamera atau dari file video. Dalam proses ini terdiri dari dua sub program, yang pertama adalah proses untuk menerima input baik dari kamera atau dari file video dan yang kedua adalah proses untuk melakukan pengambilan gambar (grabbing) dari input tersebut.

 

Transformasi 3D dan Proyeksi 3D ke 2D

Pada transformasi 3D ini digunakan matrik yang merupakan gabungan dari rotasi dan translasi x, y, dan z. Aturan yang digunakan untuk menggabungkan transformasi ini disebut aturan Roll-Pitch-Yaw (RPY). Translasi XYZ untuk menempatkan koordinat origin yang kemudian diikuti rotasi terhadap 3 koordinat axis dengan urutan: Z, Y, X. Bagian rotasi dikombinasikan sebagai berikut:

[R] = [R(z)][R(y)][R(x)]

Model 3D Wire Frame Wajah

Model wire frame wajah yang didapat dari Candide [3] terdiri dari 113 titik tetapi hanya digunakan 18 titik saja yang ada di daerah alis (6 titik), mata (4 titik), hidung (4 titik), dan mulut (4 titik). Pengurangan jumlah titik ini dimaksudkan untuk mempermudah pelacakan karena wire frame yang asli terlalu kompleks sehingga jarak antar titik sangat kecil bahkan jika dilihat secara 2 dimensi ada titik yang bertumpuk. Ke-18 titik ini dianggap dapat mewakili pergerakan wajah secara keseluruhan dan merupakan fitur dalam pelacakan. Sedangkan wire frame yang asli 113 titik digunakan untuk menampilkan animasi dari estimasi pose hasil pelacakan pergerakan wajah.

 

Pelacakan Fitur Metode Lucas-Kanade [1]

Misal I dan J adalah image 1 channel (gray). I(x) = I(x,y) dan J(x) = J(x,y) adalah nilai grayscale dari kedua image pada lokasi x = [x y]T , dimana x dan y adalah koordinat pixel image. Image I disebut sebagai image yang pertama dan image J adalah image kedua. Untuk memudahkan pemahaman, image I dan J adalah fungsi diskrit (array) dan koordinat vector pojok kiri atas adalah [ ]T 0 0 . Misal nx dan ny adalah lebar dan tinggi dari kedua image, maka koordinat vektor pixel pada kanan bawah adalah [ ]T nx - 1 n y - 1 . Misalkan titik [ ]T

u = ux u y ada pada image pertama. Tujuan dari pelacakan fitur adalah untuk menemukan lokasi [ ]T v = u + d = ux + dx uy + d y pada image kedua J agar I(u) dan J(v) mirip.

 

Estimasi Pose

Garis besar dari metode Fully Projective yang digunakan disini Pertama-tama model wajah berupa titik-titik fitur 3D (vektor p) ditransformasikan dengan matrik transformasi R dengan persamaan 6:

[ x|, y|, z  ] R p | T = × . (6)

[d |x , d |y , d |z ]= -[rx × t, ry × t, rz × t ] (7)

 

Hasil-Hasil Percobaan

Sistem dibangun menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual C++, dengan memanfaatkan software library Intel OpenSource Computer Vision (OpenCV). Sistem diuji coba dengan video yang diambil dari webcam. Pengujian sistem disini terdiri dari pengujian terhadap akurasi dan ketangguhan pelacakan, ketepatan dalam mengestimasi pose, dan pengaruh jumlah fitur terhadap pelacakan dan estimasi pose. Akurasi disini berhubungan dengan ketepatan dalam pelacakan. Ketangguhan berhubungan dengan kemampuan melacak dalam berbagai intensitas cahaya dan kecepatan gerakan.

 

Kesimpulan

1. Sistem pelacakan pergerakan wajah dengan wire frame 3D dapat berjalan dengan baik selama fitur inisial memiliki nilai pojok yaitu suatu daerah yang memiliki tingkat lekukan yang jika dikalikan dengan gradiennya akan meningkat menjadi pangkat 3 dari maximum nilai daerah sekitarnya.

2. Sistem pelacakan pergerakan wajah dengan wire frame 3D tidak menangani occluding area (daerah yang menggangu pelacakan) sehingga menyebabkan keterbatasan dalam gerakan untuk mendapatkan hasil pelacakan

yang baik.

3. Sistem pelacakan pergerakan wajah dengan wire frame 3D dapat dilakukan secara realtime (30 frames/second) dengan menggunakan Microsoft® DirectShow®, Intel Performance Library dan Open Source Computer

Vision Library.

4. Algoritma pelacakan Lucas-Kanade dari Open Source Computer Vision Library disini melacak berdasarkan image brightness. Jika daerah yang dilacak terkena sinar yang terlalu tinggi atau terlalu gelap sehingga daerah yang dilacak tidak jelas maka algoritma pelacakan

tidak akan mendapatkan hasil yang baik. Oleh karena itu dipilih fitur yang merupakan daerah pojok untuk memudahkan pelacakan. Demikian pula jika gerakan cepat maka image akan terlihat kabur sehingga fitur yang dilacak hilang.

5. Algoritma Fully Projective yang mengestimasi pose dari hasil pelacakan berjalan sesuai dengan harapan selama hasil pelacakan baik. Ini dapat dilihat dari hasil animasi yang menampilkan posisi yang hampir sama

 

 

 

Pengembangan Learning Content Management System yang Mendukung Peningkatan Efektifitas Proses Belajar Jarak Jauh

Pengembangan Learning Content Management System yang Mendukung

Peningkatan Efektifitas Proses Belajar Jarak Jauh

 

Pendahuluan

E-learning merupakan usaha untuk membuat transformasi proses belajar-mengajar yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi Internet [1, 6]. E-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk kelas maya. Artinya siswa dan pengajar tidak harus bertatap muka secara langsung untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar seperti layaknya di dalam kelas, melainkan mereka berinteraksi secara tidak langsung melalui computer mereka masing-masing yang terhubung dengan Internet. Oleh karena itu, kelas maya memungkinkan seseorang untuk belajar tanpa bergantung pada tempat dan waktu serta memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pembelajaran seumur hidup [3]. Akan tetapi penyampaian materi pembelajaran yang baik pada sistem E-learning bukan hal yang mudah untuk dilakukan, di samping adanya keterbatasan akses internet di Indonesia.

Dengan membuat e-learning yang mampu menghanyutkan para peserta untuk mengikuti setiap langkah belajar, seperti layaknya ketika bermain sebuah games, diharapkan muncul sumbangan positif bagi proses belajar siswa itu sendiri. Dengan menyisipkan permainan-permainan dalam sebuah pelajaran, proses belajar akan menjadi lebih menyenangkan tanpa harus kehilangan makna dan tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar itu sendiri. Hal ini merupakan modal awal yang sangat baik untuk proses belajar selanjutnya. Tanpa modal yang muncul dari pihak peserta sendiri, segala usaha pendekatan dari pihak pengajar menjadi mustahil dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Learning Content Management System (LCMS) menyediakan cara yang efektif untuk membuat, menggunakan kembali, menyampaikan, mengelola, dan memperbaiki materi pembelajaran [2, 5, 9]. LCMS pada e-learning dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Penyampaian materi pembelajaran dengan memantau interaksi siswa pada saat pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku siswa dalam pengaksesan materi pembelajaran sebelumnya atau preferensi pembelajaran (learning preference), seperti gaya, cara, dan strategi belajar siswa. Untuk selanjutnya materi pembelajaran berikutnya, yang akan diberikan kepada siswa, dilakukan berdasar preferensi pembelajaran tersebut.

2. Penyampaian materi pembelajaran berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi. Evaluasi ini diperlukan untuk levelisasi penyampaian materi, artinya materi yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan level siswa. Dari evaluasi tersebut, pengajar menerima informasi yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Informasi berupa ukuran (metrics) yang dapat membantu pengajar untuk menganalisis kejelasan, relevansi, dan keefektifan dari materi pembelajaran. Informasi tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan apakah materi akan tetap dipertahankan atau akan dicari/dipilih materi pembelajaran lain yang cocok atau sesuai dengan penilaian terhadap performansi siswa.

Learning Technology Systems Architecture

LTSA merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh divisi edutool dari Farance Incorporation yang dikembangkan berdasarkan IEEE 1484. LTSA adalah arsitektur yang menggambarkan rancangan sistem level tinggi beserta komponen-komponennya. LTSA mencakup sistem yang sangat luas yang umumnya dikenal sebagai learning technology, education and training technology, computer-based training, computer assisted instruction, intelligent tutoring, metadata, dan sebagainya. Arsitektur ini bersifat netral terhadap aspek pedagogi, isi, budaya, dan platform dari suatu sistem pengajaran.

 

Computer Adaptive Test

Computer Adaptive Test (CAT) adalah suatu metode pengujian atau evaluasi dengan menggunakan teknologi informasi yang bersifat adaptif. Adaptif berarti bahwa pemberian soal ujian berikutnya tergantung pada perilaku peserta ujian dalam menjawab soal sebelumnya sehingga ujian yang diberikan untuk setiap peserta dapat bersifat unik berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing peserta. Kelebihan yang ditawarkan oleh CAT [10], antara lain:

1. CAT memungkinkan siswa untuk bekerja dalam langkahnya sendiri. Kecepatan siswa dalam menjawab dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam melakukan penilaian terhadap siswa.

2. Soal yang diberikan memiliki level kesulitan sesuai dengan kemampuan siswa, tidak terlalu susah ataupun terlalu mudah.

3. Penilaian dapat dilakukan dengan segera sehingga dapat memberikan umpan balik yang cepat kepada siswa.

4. Keamanan ujian dapat ditingkatkan. Rangkaian soal yang diberikan akan berbeda untuk setiap siswa sehingga soal yang akan muncul selanjutnya tidak dapat ditebak. Selain itu, bila jumlah soal banyak, kemungkinan munculnya soal yang sama lebih dari satu kali sangatlah kecil sehingga kemungkinan siswa untuk menghapalkan soal menjadi sangat kecil. Kerahasiaan soal pun dapat terjaga, karena soal tersimpan dalam suatu basisdata dan hanya pelatih yang membuat soal tersebut yang dapat mengaksesnya.

5. Ujian dapat dipresentasikan melalui teks, grafik, audio, dan bahkan video klip. Secara umum prinsip kerja CAT adalah sebagai berikut:

Sebagai inisialisasi, CAT menganggap siswa memiliki kemampuan menengah dan memberikan soal dengan tingkat kesulitan menengah. Pemilihan soal selanjutnya didasarkan atas jawaban siswa, yaitu secara umum bila soal dijawab dengan benar, soal selanjutnya memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi sedangkan bila soal dijawab dengan salah, soal selanjutnya memiliki tingkat kesulitan yang lebih rendah. Terdapat tiga langkah utama pada CAT yaitu:

1. Seluruh soal yang belum diberikan dievaluasi untuk memilih soal terbaik yang akan dikeluarkan berdasarkan estimasi tingkat kemampuan saat ini. Proses ini disebut juga sebagai item analysis.

2. Soal terbaik tersebut dikeluarkan dan siswa akan menjawab soal tersebut.

3. Tingkat kemampuan yang baru dihitung berdasarkan seluruh jawaban siswa dari keseluruhan soal yang telah diberikan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:

[1] Aplikasi LCMS berguna untuk mempermudah pengajar dalam mengelola materi pembelajaran dan soal ujian yang akan diberikan kepada siswa.

[2] Penyampaian materi pembelajaran yang baik pada suatu kelas maya tidaklah mudah. Dengan aplikasi LCMS, penyampaian materi pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan siswa. LCMS dapat memberikan materi pembelajaran yang tepersonalisasi kepada siswa melalui 2 cara yaitu:

  • Penyampaian materi pembelajaran dilakukan dengan pemantauan interaksi siswa dangan materi pembelajaran yaitu dengan menyimpan tingkah laku siswa dalam pengaksesan materi pembelajaran sebelumnya (preferensi pembelajaran) ke basis data. Selanjutnya materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan preferensi pembelajaran tersebut.
  •  Penyampaian materi pembelajaran disesuaikan dengan level siswa saat ini sehingga diperlukan proses evaluasi untuk mengukur tingkat kemajuan siswa.

[3] Proses evaluasi yang terdapat pada aplikasi LCMS berguna bagi pengajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pembelajaran sehingga dapat membantu pengajar untuk menganalisis kejelasan, relevansi, dan keefektifan dari materi pembelajaran tersebut. Informasi itu yang selanjutnya menjadi dasar untuk menentukan apakah materi pembelajaran akan tetap dipertahankan atau akan dicari materi pembelajaran lain yang sesuai dengan penilaian terhadap performansi siswa.

Pengenalan Citra Porno Berbasis Kandungan Informasi Citra

Pendahuluan

Teknologi digital mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan terciptanya berbagai produk digital yang sangat terjangkau oleh berbagai kalangan, seperti komputer pribadi (personal computer), CD, VCD, dan lain sebagainya. Dengan semakin terjangkaunya komputer oleh masyarakat, mendorong penerapan komputer untuk berbagai hal, seperti penggunaan komputer untuk multimedia, pengeditan citra, pengaksesan internet, dan lain sebagainya. Pengguna komputer juga telah merambah keberbagai kalangan mulai dari kalangan anak-anak hingga kalangan dewasa.

 

Pada penelitian ini digunakan beberapa asumsidengan tujuan agar pembahasan menjadi lebih terarah serta untuk menyederhanakan dan membatasi permasalahan. Adapun asumsi-asumsi tersebut, antara lain:

1. citra yang digunakan adalah citra dalam format BMP dengan beberapa jenis citra yang mempunyai karakteristik-karakteristik yang berbeda (dari etnis, warna kulit, pose, warna latar belakang yang berbeda)

2. transformasi yang digunakan adalah transformasi wavelet jenis Daubechies, dan

3. menggunakan central moment dan variannya untuk penajaman informasi.

 

Rancangan Sistem Pengenalan

Parameter yang akan dihitung dalam system pengenalan adalah tingkat kesuksesan pengenalan dan waktu pengenalan. Secara sederhana system pengenalan citra porno dapat diilustrasikan pada berikut. Blok Diagram Sistem Pengenalan Citra Porno Mula-mula dilakukan pelatihan pada sistem dengan memasukkan berbagai jenis citra porno ke sistem. Setiap citra yang dimasukan dikenakan transformasi wavelet dan dihitung nilai central momennya. Nilainilai ini merupakan ciri atau kandungan informasi (image content) dari citra yang dilatih, selanjutnya informasi tersebut disimpan pada tabel image_signature yang direlasikan dengan tabel imageDb. Kandungan informasi inilah yang digunakan sebagai basis pengenalan. Jika ada pengaksesan suatu citra (citra query), maka citra tersebut dikenakan transformasi wavelet dan dihitung nilai central momennya, kemudian nilai informasi dari citra tersebut dibandingkan dengan informasi citra pelatihan yang tersimpan pada basis data menggunakan suatu metrika pencocokan. Bila cocok (match), maka citra dikategorikan porno, jika tidak cocok, maka citra dikategorikan non porno.

 

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Langkah awal dari penelitian ini adalah menentukan kandungan warna, tingkat perbedaan nilai momen dari citra porno dan citra non-porno. Dari hasil tersebut kemudian ditentukan suatu metrika untuk mengenali apakah citra yang dimasukan ke system merupakan citra porno atau bukan.

 

Histogram Warna Citra Porno terhadap Citra Non-Porno

Untuk mengetahui kandungan warna dari cita porno maupun non-porno digunakan sampel 100 citra porno heterogen dan 100 citra non porno heterogen yang dipilih secara acak. Dari citra tersebut dilakukan transformasi warna YIQ, untuk mendapatkan kandungan informasi warnanya   telah dibuktikan1][8] bahwa kandungan informasi warna dari suatu citra yang ditransformasikan menggunakan transformasi warna YIQ terletak pada elemen Y-nya saja, sedangkan I dan Q merupakan bumbunya saja. Hasil pengujian dari penghitungan histogram warna dapat disajikan.

 

 

 

Hasil Pengenalan

Sebagai inti dari penelitian ini adalah menentukan suatu sistem pengenalan citra porno berdasarkan kandungan informasi yang dikandung oleh citra porno. Berdasarkan hal tersebut pada bagian ini dicoba tiga buah metrika pengenalan yaitu metrika histogram (MH), metrika wavelet moment (MWM) dan metrika gabungan antara histogram dan wavelet moment (MH&WM). Metode-metode tersebut diberikan pelatihan menggunakan 100 sampel citra porno heterogen dan 100 sampel citra non porno heterogen yang dipilih secara acak dan diuji pada database citra yang berisi 500 rekord dengan rincian 125 rekord citra porno dan 375 rekord citra nonporno. Besarnya prosentase pengenalan yang dapat dilakukan oleh ketiga metode ini.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kesuksesan pengenalan citra porno menggunakan transformasi wavelet dan momen sebesar 67.02% (dapat mendeteksi sebanyak 84 citra dari 125 citra porno yang diuji) dan mendeteksi cita porno sebanyak 36 citra dari 375 cita non porno (9.06 %).

2. Waktu pengenalan bersifat linear terhadap ukuran data (ukuran basis data) dan waktu pengenalan pendek yaitu rata-rata untuk setiap citra sebesar 0.29 detik.

3. Secara analisis transformasi wavelet dan moment cukup baik digunakan sebagai pemroses awal

citra dan momen sebagai elemen penajam informasi untuk pengenalan citra porno atas kandungan informasi (mage content), dan perlu diteliti lebih lanjut dengan menerapkan system kecerdasan buatan (AI) atau jaringan syaraf tiruan, sehingga tingkat kesuksesan menjadi lebih baik.

Senin, 02 November 2009

Electrostatic Precipitator


Aplikasi dari electrostatic pada dunia industri digunakan untuk mengatasi masalah limbah debu. Industri yang mengaplikasikannya antara lain PLTU, pabrik gula dan pabrik semen, salah satu caranya adalah dengan menggunakan electrostatic precipitator (ESP).


ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%).

Salah satu komponen terpenting dalam proses produksi di Pabrik Gula dan PLTU adalah boiler. Fungsinya adalah sebagai tempat untuk memanaskan air, sehingga menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk proses selanjutnya. Pada PLTU, uap ini digunakan untuk memutar turbin uap sebagai penggerak generator. Untuk melakukan kerjanya, boiler membutuhkan adanya panas yang digunakan untuk memanaskan air. Panas ini disuplai dari bagian yang disebut dengan ruang bakar atau furnace, dimana pada ruang bakar ini dilengkapi dengan alat pembakaran atau burner. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut mengandung banyak debu mengingat bahan bakar yang digunakan adalah batubara, dan debu tersebut akan terbawa bersama gas buang menuju cerobong. Sebelum gas buang tersebut keluar melalui cerobong, maka gas buang tersebut akan melewati kisi-kisi suatu electrostatic precipitator (ESP).

                                         Gambar 1. Electrostatic precipitator overview.





Gambar 2. Persentase penangkapan partikel debu pada ESP.



Cara Kerja ElectroStatic Precipitator



Cara kerja dari electro static precipitator (ESP) adalah (1) melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-). (2) Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul (collector plate), lihat gambar 4. Debu yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2, dan ditransport (dipindahkan) ke flyash silo dengan cara di vakum atau dihembuskan.



                               Gambar 3. Bagian-bagian dari electrostatic precipitator.




                                                       Gambar 4. Proses ionisasi.



Proses Pembentukan Medan Listrik


Proses pembentukan medan listrik; (1) Terdapat dua jenis electrode, yaitu discharge electrode yang bermuatan negatif dan collector plate electrode bermuatan positif. (2) Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak tertentu (memiliki jarak antara discharge electrode dengan collector plate). (3) Discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan minus (lihat gambar 3), pada level tegangan antara 55 – 75 KvDC (sumber listrik awalnya adalah 380 volt AC, kemudian dinaikkan oleh transformer menjadi sekitar 55 – 75 Kv dan dirubah menjadi listrik DC oleh rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja). (4) collector plate ditanahkan (di-grounding) agar bermuatan positif. (5) Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC maka medan listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai electrode tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat-pelat tersebut, Gas bersih kemudian bergerak ke cerobong asap.


Electrostatic precipitator merupakan salah satu cara agar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ataupun industri lainnya yang berpotensi menghasilkan limbah debu menjadi ramah lingkungan, setidaknya dapat mengurangi kandungan polutan yang dibuang melalui cerobong.

Sumber : www.beritaiptek.com

 

 

Reverse Power Relay


Reverse power biasanya digunakan untuk menjelaskan mengenai fenomena perubahan unjuk kerja dari generator menjadi motor.


jadi dalam kejadian ini, sebuah generator yang tadinya menghasilkan daya listrik, berubah menjadi menggunakan daya listrik, dengan kata lain generator menjadi motor listrik. Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya antara generator dan motor memiliki konstruksi yang sama dan jika:

1. generator dihubungkan paralel atau bergabung dalam suatu jaringan dengan generator lain.


2. torsi yang dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover, dalam hal ini misalkan turbin uap, turbin air, atau mesin diesel) lebih kecil dari torsi yang dibutuhkan untuk menjaga agar kecepatan rotornya berada pada kecepatan proporsionalnya (dengan referensi frekuensi sistem).

3. terjadi kehilangan torsi dari penggerak mulanya (dengan kata lain penggerak mulanya seperti turbin atau mesin diesel "TRIP" atau mengalami kegagalan operasi) dan generator masih terhubung dengan jaringan. Karena masih ada kecepatan sisa pada rotornya, sedangkan disisi statornya ada tegangan dari jaringan, sehingga tegangan di stator menginduksi ke lilitan rotor yang berputar.

Dampak reverse power adalah sebagai berikut:


1. untuk diesel generator dapat terjadi ledakan pada ruang bakarnya karena adanya akumulasi bahan bakar yang tak terbakar sedangkan rotor terus berputar.


2. pada gas turbin juga akan merusak gearbox nya dan


3. pada hydro plant (turbin air) akan terjadi kavitasi.



Inti dari semuanya, jika terjadi reverse power pada suatu unit pembangkit listrik adalah terjadi kerusakan pada peralatan penggerak mulanya (prime mover) atau turbinnya. oleh karena itu pada generator dipasang relay reverse power sebagai pengamannya, dan biasanya interlock dengan generator CB nya.



reverse power relay bekerja dengan mengukur komponen aktif arus beban, I x cos φ.

Ketika Generator beroperasi dan menghasilkan daya listrik maka komponen arus beban I x cos φ bernilai positif, sedangkan dalam kondisi reverse power maka komponen beban aktif I x cos φ akan berubah menjadi bernilai negatif. Dan jika nilai negatif ini melampaui set point dari relay, maka relay reverse power akan bekerja dan beberapa saat kemudian memerintahkan Circuit breaker untuk membuka.

Sumber : www.beritaiptek.com